Monolog tentang Ketuhanan

Suatu sore di pusat kota yang padat, Fariz mengendarai mobil bututnya sendiri. Radio menjadi hiburan wajib demi memerangi rasa penat akibat macet dan cuaca pengap yang sekiranya akan turun hujan. Freon usang yang lama tidak diganti memaksanya membuka kaca mobil demi mendapatkan udara yang segar. Alih2 mendapat udara segar asap knalpot dan debu jalanan saling bekongsi untuk menciptakan udara panas yang sangat memantik emosi.

Fariz : “Mampus lah kalau begini terus tiap hari, gila hampir sebulan tidak turun hujan”.

Gerutuan Fariz seakan suatu hal alamiah dari berbagai kondisi yang dialaminya dalam menghadapi udara pengap di pusat kota.

“Kalau orang Islam meninggal enak bro sudah ada bocorannya jadi tinggal diingat2 jawabannya pas malaikat nanya”.
Ucap salah seorang penyiar radio kepada rekannya dalam sebuah guyonan yang membuat Fariz melupakan pengapnya udara.

Seketika guyonan itu kemudian berubah menjadi sebuah lagu yang tidak asing, channel Radio tersebut memutar musik Jika surga dan neraka tak pernah ada yang dinyanyikan oleh Chrisye yang cukup menghibur seorang Fariz dalam kepenatannya.

Namun guyonan dari penyiar Radio itu dan lagu chrisye membuat Fariz terpikir akan kehidupan dan kematian, dalam benaknya bertanya-tanya.
Apakah nantinya akan ditanya seperti halnya ujian? Mungkin pertanyaannya sama tetapi bukan mulut kita yang menjawab, seluruh tubuh kita bisa berbicara dan kita tidak bisa bohong. Lalu apakah bagian tubuh kita berkonspirasi agar menciptakan perspektif buruk tentang perangai kita sehingga kita tidak mampu menjawab pertanyaan yang harusnya kita sudah tahu jawabannya atau mereka bisa saja beretorika hingga prilaku kita yang buruk dapat terlihat benar dengan segudang alasan yang membuat malaikat penanya memahaminya, sehingga jawaban-jawaban benar yang disampaikan.

Fariz berusaha menggali alam pikirannya, mengkontempelasikan akalnya hingga mendapatkan logika rasional yang minimal membuatnya puas akan kejadian nanti yang menurut orang atheis mustahil terjadi.

Kemudian sel-sel otak Fariz memunculkan frasa nyeleneh yang mengalir dalam sarafnya sehingga terucap oleh lisannya.
“Yang jadi persoalan apa iya jawabannya benar, kalaulah pertanyannya itu nanti seperti itu apakah jawabannya benar?”

Bagaimana kalau jawaban dari pertanyaan yang menanyakan siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa Nabimu? Apa kitabmu? Dimana kiblatmu? Dan siapa saudaramu? Pertanyaan yang jika semasa hidup bagi orang Islam harusnya mudah dijawab. Namun bagaimana jawaban yang harusnya dijawab itu ternyata salah kalau ada jawaban lainnya.

Dalam kondisi mobil yang masih merayap namun lebih banyak berhenti Fariz memikirkan sesuatu yang tidak banyak dipikirkan oleh orang lain. Karena pikiran seperti ini sesungguhnya tidak layak bagi manusia modern yang sudah bisa memutar uangnya dalam bentuk krypto atau saham. Dalam proses perenungannya, Fariz mendapatkan pesan whatsapp grup alumni SMAnya yang terlihat jelas dilayar adalah berita duka.
“Innalilahi wa innailaihi rojiun” sebuat kata kata yang berkumpul dan menjadi kalimat yang jelas menggambarkan bahwa ada yang sudah dipanggil sang pencipta dalam kerinduan Pencipta kepada makhluknya.

Bagai seorang sufi yang sedang bertafakur, Fariz kemudian merasa bahwa sepenggal kalimat dari “Innalilahi wa innailaihi rojiun” mempunyai magis tersendiri yang membuatnya seperti menemukan puzzle2 yang hilang. Fariz memang mempunyai pemikiran bahwa Tuhan itu satu namun setiap individu mempunyai perspektifnya sendiri tentang Ketuhanan. Secara universal Tuhan memang seperti itu namun secara individu Tuhan bebas ditafsirkan menurut versi masing-masing orang. Fariz mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu sangatlah kompleks, ciri khas Ketuhanan yang universal lebih banyak dieksploitasi oleh kelompok-kelompok yang memungkinkan untuk memprivatisasi Tuhan menurut versi mereka.

Dalam “Innalilahi wa innailaihi rojiun” yang berarti sesungguhnya kami miliki Allah dan sesungguhnya kepadanyalah kami kembali.
Dalam Qur’an sendiri termaktub kata-kata tersebut dalam Surat Al-Baqarah ayat 156. Pada ayat sebelum dan sesudahnya juga seperti ada penguatan penjelasan karena masih berkaitan.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157

Artinya:

155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”

157. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dari penggalan wahyu tersebut cakrawala berpikir Fariz semakin menajam. Dipikirannya mengatakan bahwa jawaban dari semua pertanyaan setelah kematian adalah Innalilahi wa innailaihi rojiun. Biarlah saya kembali kepadaNya dan cukuplah Kebenaran hanya milikNya tanpa harus menjawab sesuatu yang sebenarnya hanya simbol-simbol semata tanpa sepenuhnya manusia tau akan esensi didalamnya. Biarlah kata Innalilahi wa innailaihi rojiun menjadi kepasrahan tertinggi seorang hamba kepada pemiliknya, agar cinta dan kasihNya diberikan kepada sikap yang sudah pasrah dan berserah diri hanya kepadaNya. Biarlah seuntai kata Innalilahi wa innailaihi rojiun menjadi pelipur kesombonganku sebagai manusia yang bisa menjawab pertanyaan mudah tersebut.

Sekilas senyuman bahagia terpasang diwajah Fariz yang seperti menemukan sesuatu yang telah hilang. Kemudian dari mulut pria itu terucap “innalilahi wa innailaihi rojiun untuk jalanan padat dan udara yang pengap ini”.

18 April 2022

Resume Journal : BRINGING GOVERNANCE BACK INTO EDUCATION REFORMS – THE CASE OF THE PHILIPPINES (Kidjie Ian Saguin & M.Ramesh)

A. Introduction

Education systems around the world have undergone major reforms since 1980, with mostly disappointing results. The aim of this journal is to understand the reasons for the unsatisfactory results and how to find ways to overcome them. This journal is taken from the perspective of the education system in the Philippines, a country that had the best education system in the Asian region in the 60s, but began to decline in the 70s until now.

This international journal is based on the understanding that the Education sector has different characteristics and requires a policy response that must involve various roles to be effective.

Education policy is basically about how to form a government structure to ensure that everything functions to achieve a policy goal. Therefore, this journal proposes a framework for education governance that includes political and operational functions, which was then applied to education policy reforms in the Philippines since the 1970s.

Further analysis of this journal is to discover the fact that reforms have focused on financing and decentralization issues, but neglected many other governance functions. The unsatisfactory results are not surprising, given that the education sector has been plagued by many problems with bureaucratic administration left unattended. Conclusions regarding the importance of comprehensive governance emerge from studies that are relevant not only to understanding education policy in the Philippines and elsewhere, but also to help develop a more complete understanding of the functioning of the education sector in general.

B. CONCLUSION OF RESEARCH IN JOURNAL

The Philippines as a country in the Asian region that once had a superior education system in the 1960s has experienced a setback until now. Turning on the governance of education reform is not an easy thing to do. Things that must be done such as improving the quality of teachers, changing the curriculum, decentralization and so on have been carried out but have not been effective until they have produced unsatisfactory results.

This journal finds that the problem experienced is that the government in policy makers is too focused on certain issues or problems that consider the bureaucratic relationship (between them) in formulating and implementing policies in the education sector.

More importantly, the lack of comprehensive conception and planning makes the education system less effective and neglects other important components in improving the quality of education.

From the perspective of this research, education policy is basically about building a government structure that can ensure that all political and operational functions are needed to achieve goals. Unfortunately, the case in the Philippines shows that the political and operational functions in the education sector are still not optimally concentrated. It can be seen that the lack of clarity of resource and decentralization measures in the education sector for a large purpose and ultimately resulted in only limited success.

This problem is compounded by the lack of attention to the analytical and operational functions that need attention if the sector (education) is to function effectively. It is hoped that further research along the lines proposed in this paper will encourage scholars and policy makers to focus more on strengthening education sector governance.

 

C. Journal  Analysis

This study explains that education reform is something that is done by all countries to produce quality education. However, the management or management of the education system in a policy is still not optimal and effective. Slogans such as School-Based Management (SBM), Decentralization of education by entrusting to the regions as socio-cultural considerations, educational assistance and improving the quality of teachers are still only a program without knowing what the real purpose of the program is.

The concept that can be implemented easily from the framework for governance of the education reform system between public policy theory and education policy itself is also a discussion that has not yet been fully resolved. This discussion is one of the main problems in advancing the education sector in a country (the Philippines).

The function of political policy greatly influences the sustainability of effective education governance. Bureaucratic relations which are considered to be more protective of the interests of their groups in certain matters are also an obstacle in the functioning of healthy and effective education governance. In the end the progress of education where the government as the center of planning and issuing a policy must fully concentrate on every potential to actually manage education. The study of social aspects in planning the concept of a policy must be really serious in order to produce satisfactory results. What are the needs and what components to produce quality education in accordance with the goals of the State. This does not mean that physical assistance such as school construction or equipment for teaching and learning activities is not important, but to improve educational facilities in an effective governance program, it is not just a program of physical assistance.

Woman’s misfortune from the day that she was born

The talking about this one God’s living things, of course this will never end, all inspiration and maybe heartache comes from the creature named woman. Words that seem like ridicule but tend to glorify women such as “Man to the left because woman is always right” are real examples in our daily lives that describe the figure of God’s creation. There is another “The Power of Mothers”, if you think about it, is true, you can imagine the power of a mother (woman) in supporting her children, educating them to become “people” and so on. Then what is even more terrifying is to imagine that the human population becomes large and superior in this world because of women. If there were no women, how could humans have this many?

That reason is still not enough to justify the possibility that women are creatures of God who feel right. Long before that there was a sense of humiliation, being belittled, considered a slave to the point where there was no benefit. In religious literature and some atheists may also believe, as in Jose Saramago’s novel Kain, which tells of the creation of woman because Adam was bored and asked God for a friend. In that novel, before Eve, it turns out that there is a woman who was already on Earth, namely Lillith. However, the figure of Eve does not reduce the long storyline of a creature named a woman who was created by God as a companion for Adam and one of the women who was originally created by God.

In the heavenly books, Eve is clearly the first woman and of course again created as a companion to Adam made from his rib. As long as they live in heaven or the garden of eden or khayangan or whatever the name is, Adam and Eve live side by side, having fun alone without any instagram, tik tok or whatsapp which if there is there could be a third person (hehe, the story is that there are only two of them) . They are free to eat whatever is in this beautiful place until God forbids them to eat the khuldi fruit which is said to make them immortal. The obedient Adam and Eve must have obeyed God’s commandments until finally they were tempted by Satan to eat the fruit. In other literature it is said that it was Eve who seduced Adam to take the fruit, because he was persuaded and tempted by Satan. Furthermore, there is no need to tell, Adam and Eve were out from this beautiful place and became regrets for both of them.

Since then, a figure named a woman is said to be the one most blamed for the expulsion of the human clan from heaven. Eve endured the scorn maybe until doomsday, because she is considered the cause of humans getting out of heaven. How women prioritize their feelings to try something so that they are more easily persuaded by the devil. On Earth, where life is hard and requires a lot of energy, it needs men more in terms of energy and creates a stereotype that women are weak creatures. However, history strongly recognizes that men need women at least in terms of aborting their sexual desire.

Then human history illustrates things that if you look closely at the history of women. The figure who was most influential in the expulsion of humans from heaven, then in this world many were made slaves, only male lust gratifications, male servants, their opinions were not heard very much, so that at one time mothers who gave birth to daughters had to be killed for bringing damn and useless. Whereas without women there are no descendants and it is impossible for the human population to increase until finally they can build a civilization. In a regulation regarding the distribution of inheritance, for example, women get a smaller share than men, for the reason that men have greater responsibilities than women about supporting the family and so on. Whereas in this world there are many women who work hard to support their families alone.

The matter of marriage is also an aspect that contains its own bad luck, where in marriage it is as if the man has a dominant role that can dominate the woman. Dowry is as if made a transaction to “buy” women and at the time of marriage, life seems to show women as male servants and have an obligation to do so. If, at the time of marriage, the woman is not pregnant, there are still many views that think that it is the woman who cannot get pregnant without the view that it is possible for the man to have problems. Not to mention when they were still dating where there was a woman who was “taken” of her virgin crown or her body was enjoyed by men. So, the scorn was again directed at women because they could not take care of themselves or even called because women are tired.

Women have a long history of getting pins like slaves, useless, weak, temptresses and other bad slugs, they must be realized that they are creatures created by a very strong master. In their lives, they experience menstruation or menstruation which makes their stomach hurt, until the hormones in their body are irregular and make spontaneous changes in attitude. Then they feel pregnant, conceived and gave birth to a phase which if understood together is a very, very heavy phase. Pain and fatigue in physical and emotional mixed in a phase. However, once their next bad luck is when they know and feel the uncomfortable phase they seem to ignore it and repeat the phase which was previously preceded by sexual intercourse. Perhaps this matter can justify the assumption that the woman has a characteristic forgetfulness, where in her sexual desire she forgets the pain of being pregnant, pregnant and giving birth.

The next bad luck is in the sex they do, maybe they also don’t get something they should want, even though during sex it is the cause of the phases of pregnancy, pregnancy and childbirth. It’s really unlucky not to be a woman and maybe because of the long history of Eve’s journey until now, perhaps until the apocalypse, women’s emotions have also evolved, from someone who is considered unlucky, blamed, weak to become a powerful figure. Ruling over all love and ruling over all male sacrifices to her, therefore women are not and will no longer want to be blamed. So, just be aware, man.

The story of this woman must be contemplated because they are one of the sources of happiness on this earth. Your mother, wife, sister, lover or any woman are creatures who deserve glory in this life. Remember Eve was created from Adam’s rib, not from Adam’s head which means controlling men or Adam’s feet which means Adam’s messenger. Act by trying to understand women, even though it is difficult but actually without women life is just bullshit. Because of the existence of women, life becomes more interesting and colorful regardless of what has been passed with the creature named woman, we all earthlings must be grateful for the existence of women in this world.

The Reason for writing this article :

I have the view that a woman is a man’s best friend. Women are not objects and neither are men. However, the general view of society still views that women are something that can be bought or that women’s nature is to serve men.

I myself have had this view, but I realized it was a mistake. Seeing women pregnant, giving birth and maybe having an abortion or whatever made my view of women open. I can’t imagine how painful and difficult it is for women to conceive and give birth. They can survive and that was enough to make me realize that women are strong creatures. Not only physically, but their hearts are the strongest in the world.

There are no cheap women in this world, there are only mistakes in realizing the woman. We must realize that women are men’s best friends. Because women, humans have children, then civilization is born. How important women are in this world.

SEMAUN TOKOH MUDA PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

Lahirnya Pendiri Partai Komunis (Hindia) Indonesia

Semaun lahir di desa Curahmalang, Jombang pada tahun 1899 dari seorang ayah yang bekerja sebagai pegawai rendahan kereta api bernama Prawiroatmodjo. Dalam Pendidikan, Semaun sekolah di Sekolah Dasar Bumiputera kelas dua (Tweede Klas, Ongko Loro), dan sempat kursus Bahasa Belanda di Holland Inlandsche School (HIS). Sayangnya Semaun tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi karena terbentur masalah ekonomi. Meskipun hanya jebolan Sekolah Dasar, Semaun berhasil lulus dalam tes bekerja di Perusahaan kereta api Staatspoor (SS), Surabaya.

Semaoen diterima di jawatan tersebut setelah dinyatakan berhasil menempuh ujian pengetahuan umum (algemeene ontwikeling) dan ujian stations comies. Itu terjadi pada tahun 1912 saat dia berusia 13 tahun,” tulis Soewarsono dalam Berbareng Bergerak: Sepenggal Riwayat dan Pemikiran Semaoen. Bekerja di perusahaan kereta api membuatnya bergaul dengan kalangan buruh dan membuat Semaun merasa bagian dari mereka.

Pada tahun 1914 atau saat usianya menginjak 15 tahun, Semaun bergabung bersama organisasi pergerakan Sarekat Islam Surabaya. Di usia itu pula Semaun menjadi Sekretaris Sarekat Islam Surabaya, dan waktu itu dirinya sangat mengidolai pimpinan Sarekat Islam, HOS Tjokroaminoto. Seperti diketahui HOS Tjokroaminoto adalah guru dari Soekarno, Muso dan Kartosoewirjo.

Pertemuan dengan Henk Sneevliet

Perjalanan hidup Semaun tidak mungkin lepas dari tokoh revolusioner asal Belanda yang berjuang untuk kemerdekaan masyarakat Hindia Belanda saat itu, Ya! Dia adalah Henk Sneevliet. Berawal dari perhatian yang menjadi kekaguman Henk Sneevliet pada sosok anak muda bernama Semaun ini, membuat Henk Sneevliet mencoba mendekatinya dan mengajaknya bergabung bersama Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV) dan Vereniging Van Spoor en Tramweg Personcel (VSTP). ISDV adalah organisasi sosialis di Hindia Belanda dan VSTP adalah organisasi buruh dan kereta api, dimana kedua organisasi tersebut dipimpin langsung oleh Henk Sneevliet.

Henk Sneevliet yang mencium bakat dalam diri Semaun sangat mengerti bagaimana caranya mengasah potensi anak muda satu ini. Disisi lain Henk Sneevliet juga menyadari bahwa ISDV dan VSTP membutuhkan tokoh pemuda Indonesia yang dapat memikat hati rakyat. Perkenalan Semaun dengan Henk Sneevliet inilah yang membuat Semaun pertama kali berkenalan dengan ajaran Sosialisme. Semaun sangat tertarik dengan ajaran Sosialisme dan semboyan – semboyan Sosialisme seperti “Semua orang adalah sama, tak ada perbedaan antara kulit putih dan hitam,”. Kemudian Semaun juga tidak menutupi kekagumannya kepada Henk Sneevliet yang menurutnya sangat berbeda dengan orang – orang Belanda pada umumnya yang menganggap diri mereka lebih superior.

Semaun Si Propagandis

Dari Surabaya, pada tahun 1916 Semaun pindah ke Semarang, dan di Semarang inilah Semaun semakin dikenal sebagai tokoh muda propagandis yang membuat kuping petinggi kolonial Belanda panas. Semaun yang bertindak sebagai juru propaganda Sarekat Islam (SI) di Semarang sukses memperluas basis SI. Pada tahun 1916 SI hanya beranggotakan 1.700 orang dan setahun kemudian berkembang pesat menjadi 20.000 orang. Untuk mempermudah gerakan organisasinya, Semaun membuat struktur organisasi dan membentuk kelompok – kelompok atas latar belakang sosial ekonomi anggotanya.

Selain berkiprah di SI, Semaun juga bekerja sebagai redaktur Koran berbahasa melayu Si Tetap yang dibawah kendali VSTP. Lewat tulisan – tulisannya, Semaun lambat laun menjadi musuh besar pemerintah colonial Belanda. Melalui propagandanya, Semaun pernah mengejek Lembaga Negara Kehormatan Rakyat (Volksraad) sebagai “Komidi Omong Kosong” dalam Sinar Djawa (4/3/1918). Dalam tulisan didalamnya, Semaun menyebut, “bukan Volksraad yang akan bisa bikin baik nasib rakyat, tetapi gerakan rakyat (itu) sendiri.”

Karena tulisan – tulisannya yang dianggap berbahaya oleh pemerintah kolonial Belanda, membuat Semaun harus mendekam di penjara selama 4 bulan pada tahun 1919 karena kasus delict pers. Ada hal menarik pada saat persidangannya di tahun 1919, saat itu Presiden Landraad (Landraad adalah istilah untuk Lembaga pengadilan negeri zaman pemerintah Hindia Belanda) yang ingin tahu Semaun menempuh pendidikan dimana bertanya, “Kowe sekolah dimana?” Semaun pun menjawab Sekolah Dasar. Tidak percaya dengan jawaban Semaun, Presiden Landraad pun kembali bertanya “Tidak Ada Yang Lain?”,  Semaun pun kembali menjawab dengan tenangnya “Tidak ada, tetapi cari pengetahuan sendiri dengan belajar sendiri”. Pada masa ditahan tersebut Semaun membuat karya novel yang mengisahkan hampir seperti dirinya sendiri, cerita itu berjudul Hikajat Kadiroen, dan dimuat secara bersambung di Sinar Hindia pada tahun 1920. Pada tahun 1920 ini, Semaun juga membuat tulisan berjudul Penuntun Kaum Buruh dimana tulisan tersebut menjadi acuan pergerakan kaum buruh saat itu untuk bergerak melawan pemerintah kolonial Belanda.

Pendirian Partai Komunis Hindia

Pengaruh sosialisme yang sangat kental pada tubuh SI Semarang dan pengaruh pemikiran Sosialisme Komunisme Henk Sneevliet kepada Semaun membuat SI Semarang bergerak dengan tuntunan ideologi Sosialisme Komunis. Untuk mengimbangi itu HOS Tjokroaminoto sampai – sampai harus membuat tulisan berjudul Islam dan Sosialisme agar kemurnian azas Islam dalam tubuh SI tidak tergerus oleh Sosialisme Komunis.

Namun, kekentalan Sosialisme Komunis dalam pergerakan SI Semarang melawan Belanda sudah tidak dapat dibendung. Pada 23 Mei 1920, Semaun mendirikan Partai Komunis Hindia (PKH)  sebagai penjelmaan dari ISDV. Di Partai yang baru didirikannya itu Semaun langsung diangkat menjadi Ketua Umumnya dan dengan begitu Semaun menjabat sebagai dua Ketua Umum dengan dua organisasi yang berbeda yaitu Partai Komunis Hindia dan Sarekat Islam Cabang Semarang. Saat itu Semaun baru berusia 21 tahun dan menjadi pimpinan partai politik termuda pada masanya. Sayangnya, pendirian Partai Komunis Hidia membuat elite dari Sarekat Islam tidak suka. Menurut mereka Disiplin Partai harus dilakukan untuk melarang anggota SI merangkap menjadi dua organisasi yang berbeda. Selain itu perbedaan sudut pandang Islam dan Sosialisme Komunis dianggap bagaikan air dan minyak yang tidak mungkin disatukan. Dan benar saja, pada bulan Oktober tahun 1921, Kongres Sarekat Islam di Surabaya menghasilkan Resolusi Disiplin Partai yang kemudian melarang anggotanya merangkap dua organisasi yang berbeda.

Melihat dari sikap elite SI yang dimotori oleh HOS Tjokroaminoto tersebut, padahal HOS Tjokroaminoto adalah salah satu mentor politik Semaun, membuat Semaun dan kelompoknya melangsungkan kongres terpisah pada 24 Desember 1921. Hasil dari kongres terpisah tersebut memutuskan untuk keluar dari Central Sarekat Islam (CSI) dan membentuk Sarekat Islam Cabang Semarang menjadi Central Sarekat Islam Merah sebagai tandingan Central Sarekat Islam HOS Tjokroaminoto yang nantinya disebut Sarekat Islam Putih. Pertarungan dua ideologi Sosialisme Komunisme dan Islam di Indonesia dapat dikatakan dimulai dari peristiwa tersebut. Meskipun demikian, perbedaan pandangan Sosialisme Komunis dan Islam sendiri berusaha disatukan oleh Semaun dan kerabatnya, salah satunya Haji Misbach yang menyebutkan bahwa sudah kewajiban seorang Muslim untuk mengakui hak – hak manusia, sama halnya dengan program – program komunis. Haji Misbach juga yakin, dengan memilih jalan komunis siapapun masih bisa menjadi seorang Muslim sejati. Namun, rekonsiliasi dua ideologi besar tersebut tidak pernah terjadi, baik SI Merah dan SI putih tetap pada pendirian dan pergerakannya masing – masing. Pada masa depan SI Merah berevolusi menjadi PKI dan SI Putih berevolusi menjadi Masyumi.

Masa Pembuangan

            Pergerakan Semaun yang semakin  massive dan progresif  menetang pemerintah kolonial Belanda dibawah Partai Komunis Hindia membuat Pemerintah Belanda mengkap Semaun pada 1923. Menurut Darmo Kondo pada 22 Agustus 1923, Semaun dibuang ke Belanda dengan alasan mengganggu ketentraman umum. Pembuangan Semaun ini sebenarnya ditentang oleh seorang anggota Volksraad wakil golongan sosialis Belanda bernama Stokvis, sayangnya penentangan itu tidak dihiraukan oleh pemerintah kolonial. Semaun akhirnya dibuang di Amsterdam, Belanda pada 20 September 1923. Sekitar tahun 1927, Semaun aktif menulis di surat kabar dwimingguan Recht en Vrijheid (Keadilan dan Kemerdekaan). Semasa menjalani masa pembuangannya di Belanda, Semaun dianggap sebagai salah satu tokoh yang mendekatkan Perhimpoenan Indonesia (PI) dengan kelompok Komunis.

            Pada tahun 1926, Partai Komunis Indonesia yang di tanah air dimotori oleh Munawar Musso dan Alimin berusaha melakukan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda. Munawar Musso dan Alimin terinspirasi dengan Revolusi Bolshevik yang berhasil meruntuhkan kekuasaan Tsar. Meski demikian, ide pemberontakan tersebut ditentang oleh Semaun dan juga Tan Malaka. Menurut mereka belum waktunya memberontak, karena kesadaran rakyat untuk merdeka belum berada dititik yang kuat melawan pemerintah kolonial Belanda.

Seperti diketahui, pemberontakan tersebut gagal total dan setelah kegagalan pemberontakan Partai Komunis Indonesia tahun 1926, Semaun dan Munawar Musso tinggal di Moskow, ibukota Uni Soviet (sekarang Rusia). Menurut catatan Tomi Lebang dalam Sahabat Lama, Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia (2010), mereka berdua sempat menerbitkan brosur populer bernama Indonesia.

Selama tinggal di sana, Semaun menjadi penerjemah dan pengajar bahasa Indonesia di Akademi Diplomatik Kementerian Luar Negeri dan Institut Ketimuran Moskow. Semaun menyempurnakan bahan pengajaran bahasa Indonesia yang dibuat Musso untuk mahasiswa yang menempuh Pendidikan di Uni Soviet. Pernah juga Semaun menjadi penyiar radio selama tiga tahun sejak awal tahun 1948. Di Moskow ini jugalah Semaun menemukan cintanya, Semaun sempat menikah dengan wanita Rusia. Dari pernikahan itu, Semaun mempunyai anak bernama Rono Semaun, yang dikenal sebagai penerjemah sastra Indonesia – Rusia.

Berkat bantuan Soekarno dan Iwa Kusumasumantri, pada tahun 1961, Semaun pulang kembali ke Indonesia. Semaun sudah tidak pernah bersentuhan lagi dengan PKI yang saat itu dipimpin oleh Dipa Nusantara Aidit. Sekembalinya ke tanah air Semaun diangkat sebagai Wakil Ketua Badan Pengawasan Kegiatan Aparatur Negara yang diketuai Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sebelum akhirnya meninggal pada April tahun 1971, sebelum meninggal Semaun sempat mengajar sebagai dosen di Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sumber :

  1. https://tirto.id/semaoen-dewan-rakyat-cuma-komedi-omong-kosong-cyk5
  2. Soewarsono, Berbareng Bergerak: Sepenggal Riwayat dan Pemikiran Semaoen, 2000, LKiS Yogyakarta.
  3. Catatan Tomi Lebang, Sahabat Lama, Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia (2010).
  4. Semaoen, Penuntun Kaum Buruh,
  5. https://historia.id/politik/articles/semaun-dan-sneevliet-kisah-persahabatan-dua-orang-revolusioner-P9jYX

 

HANYA ADA MAHASISWA DAN TUHAN YANG MAHA ESA

Mungkin saat membaca judul tulisan ini ada yang merasa ganjil pada judul tersebut. Tetapi, itulah adanya, hanya ada Mahasiswa dan Tuhan Yang Maha Esa. Kata maha hanya disematkan untuk dua kata saja yaitu ”maha”siswa dan tentunya Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata maha memiliki arti sebuah kata dengan bentuk terikat yang berkaitan erat dengan arti sangat, amat, teramat dan besar. Kemudian kata maha tersebut diikatkan dengan kata siswa yang kita ketahui bersama memiliki arti peserta didik untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Dua kata maha dan siswa disatukan dan jadilah Mahasiswa, kata yang akan menjadi setara secara eksistensi dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Sebesar itukah kehebatan Mahasiswa hingga disetarakan secara eksistensi dan simbol dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dzat yang Maha segala – galanya itu disetarakan oleh Mahasiswa yang kita ketahui bersama hanyalah seorang yang sedang menjalani proses pendidikan di sebuah perguruan tinggi atau setaranya. Sejuta alasan tidak setuju dengan penyetaraan antara Mahasiswa dan Tuhan Yang Maha Esa pastilah kita akan temui. Namun, kembali lagi kita akan dihadapkan dengan kenyataan bahwa hanya Mahasiswa dan Tuhan sajalah yang disematkan kata terikat berupa maha.

Siswa yang besar, siswa yang hebat atau siswa yang teramat – amat besar bahkan siswa yang paling terhormat. Itulah pendapat mudah tentang arti dari Mahasiswa. Lebih dalam Mahasiswa memiliki aspek harapan berupa pendidikan akademis kepada masyarakat yang nantinya akan dituangkan kepada istilah Tri Dharma Perguruan Tinggi. Apa itu Tri Dharma Perguruan Tinggi? Adakah Mahasiswa atau bahkan dosen yang belum mengetahuinya? Jika ada Mahasiswa atau dosen yang belum mengetahuinya tentunya sungguh sangat memalukan. Karena Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah visi dan misi yang menjadi tujuan untuk seluruh perguruan tinggi di negara kita Indonesia. Konsep itu berlaku pada perguruan tinggi negeri dan swasta, baik kedinasan atau bukan. Kemudian apa itu Tri Dharma Perguruan Tinggi? Kata Tri dan Dharma diambil dari bahasa Tionghoa jika digabungkan secara harfiah akan berarti “tiga ajaran kebenaran”. Ada lagi yang mendefinisikan sebagai “tiga kewajiban”, jadi Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah tiga ajaran kebenaran atau tiga kewajiban yang harus dijalankan oleh perguruan tinggi di Indonesia. Selanjutnya apa tiga ajaran atau tiga kewajiban tersebut? tiga ajaran atau kewajiban tersebut adalah Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian.

Pendidikan adalah pilar utama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya pendidikan serta pengajaran yang baik maka akan terciptanya bibit – bibit unggul yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Pendidikan yang baik menjadi kewajiban utama pada sebuah perguruan tinggi. Selanjutnya penelitian merupakan kegiatan yang menghasilkan pengetahuan secara empiris, teori, konsep, metodelogi dan informasi baru. Kegiatan penelitian sendiri memiliki peranan sangat penting dalam mewujudkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terakhir adalah pengabdian, perguruan tinggi wajib mengajarkan Mahasiswa untuk mengabdi. Mahasiswa memiliki kewajiban untuk turun langsung ke masyarakat guna menciptakan garis penghubung antara masyarakat dan pemerintah. Pengabdian Mahasiswa kepada masyarakat, bangsa dan negara adalah kesimpulan dari esensi Mahasiswa itu sendiri. Makna yang sangat mendalam bagi Mahasiswa yang diajarkan tiga kebenaran atau tiga ajaran oleh perguruan tinggi. Ilmu Tri Dharma yang didapat Mahasiswa dari proses belajar di perguruan tinggi harus didedikasikan kepada masyarakat sekitar guna menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.

Dari pemaparan sebelumnya, kita sudah dapat memahami bahwa Mahasiswa memiliki arti yang sangat bermakna untuk kemajuan bangsa, negara dan bahkan kemajuan umat manusia. Mahasiswa yang secara umum hanya diketahui sebagai orang yang menuntut ilmu disebuah perguruan tinggi untuk kemudian mencari pekerjaan ternyata mempunyai esensi yang sangat mendalam. Setiap orang dan tentunya setiap Mahasiswa haruslah memahami betapa pentingnya dan betapa berpengaruhnya peran Mahasiswa untuk kemajuan. Mahasiswa dituntut untuk turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kehidupan bangsa ke arah yang lebih baik dan menjadi garis penghubung antara pemerintah dan masyarakat.

Jadi mengapa siswa – siswa atau peserta didik yang menjalani proses pendidikan di perguruan tinggi mendapatkan gelar status berupa “maha”siswa, karena Mahasiswa adalah tujuan mulia dari visi dan misi perguruan tinggi yang disebut sebagai Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pendidikan, penelitian dan pengabdian itulah identitas dari dunia perguruan tinggi di Indonesia. Mahasiswa adalah siswa yang sangat, amat, teramat dan besar. Penyatuan kata maha dengan siswa itulah menjadi penghormatan tertinggi untuk Mahasiswa yang mana menjadi harapan masyarakat, bangsa dan negara. Kata yang hanya dapat dikalahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Satu hal yang perlu disadari lagi adalah bahwa kata Mahasiswa dan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah dua kata yang dipakai oleh negara kita, Indonesia. Begitu mulianya cita – cita luhur negara kita yang sangat disayangkan jika Mahasiswa di Indonesia hanya berorientasi untuk kepentingan dirinya sendiri.

Seorang Mahasiswa akan meraih kesuksesan jika Mahasiswa tersebut sudah sadar akan arti sebenarnya atau makna sebenarnya dari Mahasiswa itu sendiri. Jika seorang Mahasiswa itu sudah sadar dengan arti status yang disandangnya maka energi lebih akan bersemayam dalam dirinya. Energi perubahan untuk menjadi lebih baik akan selalu mendorongnya, karena dia sadar bahwa status yang disandangnya bukanlah hanya berada dalam wilayah formalitas saja, tetapi tanggung jawab untuk arah perubahan besar masyarakat, bangsa dan negara yang lebih baik berada dalam pundaknya. Dengan kesadaran tersebut, seorang Mahasiswa akan terus meng-upgrade diri menjadi lebih baik dalam bentuk pendidikan, penelitian dan tentunya pengabdian.

Jadilah setelah Mahasiswa itu lulus dari perguruan tinggi dan mendapatkan titel yang lebih baik lagi yaitu sarjana, mereka dapat mendedikasikan keilmuannya untuk masyarakat, bangsa dan negara. Jadilah sarjana yang membuka lapangan pekerjaan seluas – luasnya dan mengorientasikan untuk kemajuan masyarakat, bangsa dan negara, bukan menjadi sarjana yang hanya menunggu pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil yang digaji oleh negara. Sarjana yang sudah sadar arti atau makna dari Mahasiswa pastilah sudah sadar akan arti dari sarjana. Sarjana bukanlah menjadi status sosial untuk mencari pekerjaan saja, lebih dari itu dan sangat lebih dari itu. Sarjana adalah harapan masyarakat, bangsa dan negara untuk memenuhi aspek sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik, lebih teruji, lebih cerdas, lebih terkonsep, lebih hebat dan lebih segala – galanya.

Sarjana adalah senjata negara untuk menjadikan negara maju, sejahtera, aman dan sentosa. Masihkah kita ingat dengan betapa terhormatnya seorang sarjana di zaman dahulu? Saat sarjana itu kembali ke desa – desa mereka dari perantauan, mereka disambut hangat oleh masyarakat. Mereka adalah impian untuk kemajuan lingkungan. Mereka adalah harapan dan kebanggan keluarga, masyarakat serta bangsa dan negara. Hari ini semua tetap berharap dengan sarjana, namun lebih spesifik lagi. Pada umumnya harapan untuk sarjana hanya tertumpu kepada ruang lingkup keluarganya saja atau kepentingan individunya semata. Harapan untuk memajukan bangsa dan negara atau hanya lingkungan sekitar menjadi paradigma yang utopis, berkhayal atau malah sok benar. Sarjana – sarjana hari ini umumnya disibukkan untuk mencari pekerjaan saja kemudian bekerja lalu mengumpulkan uang untuk menikah, membeli rumah, mobil, membina keluarga kecil dalam konsep kehidupan individualistis yang radikal. Mereka terjebak dalam kehidupan aman yang sebenarnya tidak aman. Titel bergengsi yang diraih dalam masa empat, lima tahun atau lebih tersebut hanya tertuju pada kehidupan pribadi saja. Berpikir untuk memajukan bangsa, negara atau masyarakat sekitar? Mungkin hanya berpikir saja atau bahkan tidak terpikir sama sekali (silahkan jawab sendiri).

Apa yang salah dengan sistem pendidikan sekarang? Apakah sarjana – sarjana itu tidak sadar atau mereka sadar tetapi tidak mau menyadarinya. Apakah ini hasil dari sistem pendidikan kita sekarang? Disaat sarjana pada umumnya lebih diarahkan untuk mencari pekerjaan bukan untuk menciptakan lapangan pekerjaan.

Dari persoalan – persoalan diatas yang membuat penulis sangat gelisah, yang harus dipahami adalah dalam pola pikir sarjana pastilah harus berbeda dengan orang – orang yang tidak sarjana. Disaat orang – orang yang bukan sarjana berbicara tentang orang lain atau sesuatu materi semata. Seorang sarjana pastilah sudah memiliki konsep, aturan main dan sistem untuk memajukan masyarakat, bangsa dan negaranya. Karena sarjana sudah melewati proses pendidikan di dalam perguruan tinggi yang meiliki visi dan misi yang sangat mulia dalam konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi. Jika seorang sarjana hanya mengorientasikan pemikiran dan tujuan hidupnya hanya mencari pekerjaan untuk dirinya sendiri saja dan keluarganya. Bisa dipastikan pemikirannya yang luas dan dalam akan menjadi sempit dan cetek. Seorang sarjana atau Mahasiswa tersebut tidak akan pernah melihat dunia ini secara luas, secara mendalam dan secara esensial. Pandangan mereka hanya melihat tentang dirinya sendiri dan keluarganya. Padahal semakin banyak kita memberi, semakin banyak kita berpikir untuk yang lebih besar akan semakin banyaklah yang kita dapat dan semakin terpenuhilah kebutuhan hidup kita, masyarakat, bangsa dan negara.

Dengan membuka dirinya dan  menyadari serta mengimplementasikan konsep Mahasiswa dan sarjana secara esensial maka seorang tersebut akan mendapatkan hak sosial yang tidak akan didapatkan oleh Mahasiswa atau sarjana yang individual. Hak sosial yang didapat tersebut adalah penghormatan, kasih sayang, kecintaan masyarakat, bangsa dan negara untuknya. Hak yang lebih berharga daripada suatu materi belaka. Coba bayangkan jika seluruh Mahasiswa dan sarjana sudah dapat mengambil peran dalam kesadaran akan makna dari Mahasiswa dan sarjana itu sendiri. Bayangkanlah! Masyarakat adil makmur pasti yang akan kita raih. Indonesia yang adil makmurlah yang akan kita rasakan. Oleh karena sebesar itulah pengaruh dari esensi Mahasiswa, maka hanya Mahasiswa dan Tuhan sajalah yang dapat diikat oleh kata “maha”. Bukankah peran terbesar dari Mahasiswa dan sarjana itu adalah mempengaruhi masyarakat untuk membuat tatanan hidup yang lebih baik dalam konsep bernegara.

Apakah anda pernah mendengar kata – kata mutiara yang berbunyi “orang – orang kecil senang membicarkan tentang orang lain, rata – rata orang berbicara tentang sesuatu (thing) dan orang – orang besar selalu membicarakan ide”. Yap, orang – orang besar selalu membicarakan ide atau memikirkan ide. Orang – orang besar selalu membicarakan sistem bukan membicarakan orang lain atau materi semata. Mahasiswa dan sarjana yang diarahkan untuk menjadi orang – orang besar haruslah membicarakan tentang ide, konsep dan sistem. Mahasiswa harus terbiasa dengan hal seperti itu, mereka harus terbiasa untuk membicarakan ide, konsep dan sistem yang akan dibuat. Mahasiswa janganlah hanya terpaku untuk mencari nilai semata dalam proses perkuliahan. Mahasiswa harus mengerti esensi dari ilmu yang mereka pelajari, mereka harus memahaminya agar dapat mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut. Apakah anda pernah menonton film 3 Idiots? Penulis bukannya akan mempromosikan sebuah film asal India tersebut tetapi penulis sangat terinspirasi oleh film tersebut. Dalam film tersebut terdapat pesan positif yang sangat mendalam untuk dunia pendidikan dimanapun beradanya.

Bahwa pendidikan itu adalah sesuatu yang sangat berharga, lebih berharga dari sekedar hanya selembar ijazah ataupun status sosial. Pendidikan secara umum akan merubah jalan hidup seseorang ke arah yang lebih baik, namun pendidikan tidak boleh dipaksakan. Seperti dalam film 3 Idiots tersebut, jadilah Mahasiswa yang memahami ilmu pengetahuan bukan menjadi Mahasiswa yang hanya mencari nilai saja. Kemudian kembangkan bakat dan potensi yang anda miliki dengan memasuki jurusan yang anda tahu itu adalah dunia anda. Misalnya jika anda memiliki bakat, hobi menulis salurkanlah kepada jurusan sastra atau jurnalistik agar potensi anda semakin bekembang. Jika anda tetap memaksakan masuk ke jurusan yang bukan dari potensi, hobby atau kecintaan anda pada jurusan tersebut, anda akan menemui kesulitan – kesulitan yang nantinya akan menghambat potensi sebenarnya yang anda miliki. Mungkin kedepan anda akan hanya lebih banyak menggerutu atau mengeluh dengan kondisi yang ada. Anda akan sulit untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang anda dapat atau miliki.

Saat anda dapat mensinergiskan antara bakat, kecintaan dan hobi anda dalam jurusan yang tepat maka potensi yang anda miliki akan keluar dengan sangat besar. Jadilah anda akan menjadi diri anda sendiri bukan diri yang anda ketahui bahwa itu bukanlah diri anda. Jika hal itu sudah terjadi maka kesuksesan sudah dapat anda bayangkan. Karena anda dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang anda miliki. Jika kesuksesan sudah dapat anda bayangkan maka jalan untuk menggapainya tidak sulit untuk anda pikirkan dan lakukan. Anda akan mudah memahami tentang suatu ilmu yang anda dapat, kemudian anda dapat membuat suatu sistem dari ilmu pengetahuan yang anda miliki. Dengan sistem itu anda dapat menjalankan roda – roda kehidupan yang lebih baik untuk diri anda, masyarakat, bangsa dan negara.

Namun, kebanyakan dari kita sudah ada yang terlanjur untuk menimba ilmu dalam jurusan yang tidak diinginkannya. Hal tersebut harus dilaluinya dengan kesabaran dan tentunya agak keterpaksaan untuk mengikuti proses perkuliahan demi mendapat titel sarjana. Keterlanjuran salah dalam mengambil jurusan harus disikapi dengan lebih dewasa agar tidak mengkerdilkan diri kita dalam pengembangan potensi diri. Jika tidak ingin keluar, kita harus tetap menjalani perkuliahan tersebut walau itu sulit. Tetapi  disamping itu kita harus terus mengembangkan potensi diri kita. Mengembangkan apa yang sudah menjadi passion alami kita. Bagaimana caranya mengembangkan potensi diri kita? Dalam bab – bab selanjutnya akan dibahas lebih tentang pengembangan potensi diri untuk menjadi Mahasiswa sukses.

Harapan penulis bahwa pembaca atau Mahasiswa dapat memahami dan menyadari arti dari makna sesungguhnya dari Mahasiswa serta sarjana. Status sosial yang hanya dapat dikalahakan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

 

Islam dan Komunis (pernah) bersatu di Indonesia

Jika berbicara tentang Islam dan Komunis di Indonesia pastilah banyak yang beranggapan keduanya seperti air dan minyak, atau tidak akan pernah bisa bersatu. Meski demikian, dua aliran yang kerap bertentangan ini mempunyai sejarah panjang di Indonesia yang tidak akan pernah terpisahkan. Para penyuka sejarah dan kajian ideologi pasti mengetahui bahwa Islam dan Komunis pernah bersatu dalam satu naungan organisasi bernama Sarekat Islam (SI). Organisasi yang awalnya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) didirikan oleh Haji Samanhudi dan kelompok pedagang – pedagang lokal lainnya. Organisasi SDI didirikan pada 16 Oktober 1905 dan bertujuan untuk melawan politik kebijakan Belanda yang memberikan keleluasaan kepada pedagang asing.

Dalam perkembangannya Sarekat Dagang Islam (SDI) berubah menjadi Sarekat Islam (SI) dan menjadi organisasi yang sangat berpengaruh dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda saat itu. Dipimpin oleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto, SI tidak hanya berorientasi pada perniagaan semata, tetapi juga bergerak secara aktif dalam bidang politik. Pergerakan SI yang sangat progresif dan menjadi organisasi berbasis Islam terbesar yang berjuang melawan Belanda membuat SI mempunyai anggota yang kuat secara kuantitas dan juga kualitas. Dalam tubuh SI inilah muncul tokoh – tokoh hebat yang akan mewarnai perjalanan kemerdekaan Republik Indonesia. Siapa yang tidak mengenal sosok Haji Agus Salim, Tan Malaka, Semaun, Kartosoewirjo, Abdul Muis dan Haji Misbach. Mereka semua adalah anggota Sarekat Islam yang mempunyai kemampuan retorika dan agitasi propaganda sangat baik hingga Belanda sangat mewaspadai gerakan mereka.

Namun, perbedaan paham politik antara kelompok Semaun dan Haji Agus Salim membuat SI lebih banyak berkutat pada konflik – konflik internal yang adu kuat gerbong masing – masing. Perbedaan paham ditubuh SI disebabkan karena sudah terlalu kuatnya paham komunis yang dianut oleh kelompok Semaun yang bermarkas di Semarang. Gesekan gagasan Komunisme dan Pan-Islamisme saat itu membuat SI bergolak dalam panasnya dinamika dua ideologi besar saat itu. Perlu diketahui bahwa pada awal 1917 sampai awal 1920an terjadi perubahan geopolitik internasional yang sangat besar. Pada 1917 terjadi perubahan besar – besaran di Rusia yang dikenal dengan Revolusi Bolshevik. Perubahan itu dipimpin oleh Lenin, seorang tokoh komunis yang sangat diidolakan oleh tokoh – tokoh komunis di Indonesia saat itu.

Kemudian pada 3 maret 1924 terjadi keruntuhan Dinasti Islam Khilafah Turki Utsmani yang diruntuhkan oleh kelompok nasionalis Turki. Dua peristiwa besar itu membuat perubahan besar pada pandangan politik saat itu. Komunisme, Nasionalisme dan Islam menjadi perpaduan corak ideologi pada saat itu dan ketiga ideologi itu dapat bercampur dalam satu organisasi Sarekat Islam. Dari dalam tubuh Sarekat Islam yang juga beranggotakan kader – kader Muhammadiyah mempunyai pandangan bahwa gerakan menyatukan Negara – Negara Islam dalam satu kekuatan kembali seperti Khilafah wajib dilakukan. Sedangkan kelompok Komunis dalam tubuh SI beranggapan bahwa gerakan komunisme internasional wajib didukung dan menentang agama dicampur dalam politik.

Akhirnya gesekan ideologi tersebut tidak dapat dibendung lagi, Sarekat Islam terpecah setelah sebelumnya HOS Tjokroaminoto mendapatkan masukan dari Haji Agus Salim untuk memberlakukan penegakan disiplin partai, yaitu anggota SI tidak boleh rangkap organisasi dengan kata lain memilih SI atau organisasi lain. Gagasan ini dilakukan oleh kelompok yang berpaham Islam untuk menyingkirkan unsur – unsur komunisme dalam tubuh SI. Seperti yang diketahui SI sudah terpecah dua menjadi SI Putih dan SI Merah.

Anggota SI Merah akhirnya berjuang dalam Partai Komunis Indonesia dan kelompok yang bertahan di SI Putih tetap menjadi Sarekat Islam dan perlahan berubah menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). PKI dan PSII meskipun berpisah jalan, namun tujuan mereka sebenarnya sama yaitu kemerdekaan Indonesia.dalam percaturan politik Indonesia kedepannya nama PSII semakin lama semakin tenggelam dan keberadaannya perlahan digantikan oleh Partai Masyumi. Jika diperhatikan secara saksama baik ajaran Islam dan Komunisme sebenarnya sama – sama mengajarkan untuk melawan penindasan. Dalam Islam kita tentunya mengenal konsep perjuangan dalam Jihad dan membebaskan perbudakan. Gagasan yang sebenarnya juga diadopsi oleh kelompok Komunisme. Perbedaan mencolok pada kedua gerakan tersebut hanyalah bahwa komunisme menolak otoritas keagamaan dalam perjuangan berpolitik.

Sayangnya perjuangan kelompok Islam dan Komunis dalam memerdekakan Indonesia tidak sesuai dengan pengorbanan yang mereka lakukan. Awal – awal setelah Indonesia merdeka kelompok Islam dan Komunis kembali berbenturan dalam panggung politik nasional. PKI yang lebih pandai dalam bermanuver politik akhirnya mampu mendorong Masyumi untuk dibubarkan. Padahal saat itu Masyumi adalah representative kekuatan umat Islam. Tidak adanya Masyumi dimanfaatkan PKI untuk menguasai gerakan politik kekuasaan. Namun, apa daya kudeta yang masih menjadi misteri pada G 30 S itu akhirnya menumbangkan PKI dan bukan saja sebagai partai terlarang, pembantaian pun juga terjadi pada anggota – anggota PKI.

Islam dan Komunisme selalu menjadi issue yang hangat untuk selalu diperbincangkan. Islam diidentikkan pada terroris dan keinginan menegakkan Syariat Islam di Indonesia. Kemudian komunisme meski Partainya sudah bubar, pemikirannya dianggap masih berbahaya oleh rezim yang berkuasa di Indonesia. Islam dan Komunisme seperti dua kekuatan besar yang dipaksa bermusuhan dan dikurung dalam satu sel penjara berbeda, namun saling berhadapan. Terus siapa yang mengurung mereka? Kelompok Nasionalis dan Liberal mungkin lebih tahu jawabannya.

Bayangkanlah jika Islam dan Komunis bisa terbebas dari penjaranya, dan mereka saling berangkulan dalam perjuangan memajukan Republik Indonesia. Kesalahpahaman di masa lalu dapat dijadikan pembelajaran untuk saling menghargai satu sama lainnya. Yang jelas jika Islam dan Komunisme secara substansi dan gerakan bersatu maka kekuatan besar itulah yang mungkin akan sangat menganggu kelompok kapitalis di Indonesia bahkan Dunia.

Ada pesan dari Haji Misbach yang patut menjadi renungan bersama, menurutnya dalam Al Qur’an, menetapkan bahwa merupakan kewajiban setiap muslim untuk mengakui hak azasi manusia, dan pokok ini tertanam dalam prinsip – prinsip ajaran Komunis. Haji Misbach juga mengatakan, bahwa perintah Tuhan adalah kita harus berjuang melawan penindasan dan penghisapan. Ini juga salah satu sasaran dari ajaran komunisme. Gagasan inilah kemudian yang disebut Islam-Komunis. “orang yang mengaku dirinya islam tetapi tidak setuju adanya komunisme, saya berani mengatakan bahwa mereka bukan islam yang sejati, atau belum mengerti betul-betul tentang duduknya agama islam,” kata Haji Misbach.

KNPI; APA MASIH ADA GUNANYA?

Komite Nasional Pemuda Indonesia atau biasa disingkat KNPI adalah organisasi kepemudaan yang dibentuk pada tanggal 23 Juli 1973 dengan David Napitupulu sebagai Ketua Umum pertamanya. Diketahui bersama bahwa pembentukan KNPI adalah atas inisiator beberapa orang yang tergabung di dalam organisasi ekstra kampus yang tergabung kedalam Kelompok Cipayung (HMI,PMKRI,GMNI,GMKI,PMII). Dibalik pemebentukan KNPI waktu itu juga ada tangan – tangan ABRI dan Golkar yang memang pada waktu itu menjadi kekuatan politik utama orde baru.

Pada masa orde baru nama KNPI bahkan disebut di Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan menjadi wadah efektif untuk menertibkan aktivis di kalangan pemuda yang kritis terhadap rezim. Setelah masa orde baru berakhir dan masuk ke era Reformasi, KNPI “terlihat” pada posisi yang “independent” dengan berusaha tidak terafiliasi dengan kekuatan politik manapun. Namun, itu hanyalah gambaran umum semata karena pada kenyataannya KNPI adalah organisasi ciptaan pemerintah untuk menertibkan aktivis agar tertib dan patuh kepada rezim. Singkatnya KNPI diciptakan untuk memangkas nalar kritis pemuda kepada rezim yang berkuasa.

Pada era Reformasi sekarang ini keberadaan KNPI sebagai wadah pemersatu pemuda semakin dipertanyakan. KNPI yang harusnya menjadi forum untuk menjaga ukhuwah politik malah memberikan contoh perpecahan dikalangan pemuda. Sudah beberapa kali Kongres KNPI melahirkan dua atau bahkan tiga ketua umum yang berbeda. Dalam pandangan umumnya KNPI dan Kongresnya hanya melahirkan eksistensi kekuatan politik uang yang terlihat penuh dengan arogansi.

Sekarang DPP KNPI malah terpecah ketiga kepemimpinan, Abdul Aziz, Noer Fajrieansyah dan Harris Pertama. Ketiganya mengklaim sebagai ketua umum DPP KNPI yang sah. Perpecahan yang sudah menjadi semacam tradisi di tubuh KNPI ini sungguh sangat mencedarai semangat persatuan Indonesia. Secara tidak langsung KNPI menjadi contoh yang kurang baik untuk generasi selanjutnya. Para elit KNPI seakan mengajarkan bahwa politik perpecahan itu adalah cara terbaik untuk mengambil alih kekuasaan. Jika terus dibiarkan seperti ini maka patut dikhawatirkan tradisi perpecahan itu akan ditularkan dan diturun temurunkan dalam konflik sosial dan politik Indonesia kedepannya.

KNPI sebagai organisasi kepemudaan yang operasional dan setiap kegiatannya banyak disupport pemerintah nasional serta daerah ini juga semakin lama semakin tidak memperlihatkan produktifitasnya di tengah – tengah masyarakat. Kegiatan yang hanya seremonial dan kurang menyentuh ke realitas sosial masyarakat adalah fakta – fakta kegiatan KNPI yang disupport oleh Pemerintah. Selain itu KNPI perlu dicurigai keberadaannya yang masih ada sampai sekarang dan pecah – pecah, apakah sengaja dibuat keadannya seperti itu untuk menjadi cikal bakal perpecahan Indonesia kedepannya? Jika KNPI hadir hanya untuk memecah belah kesatuan kepemudaan dan lembek dalam mengkritisi pemerintahan maka KNPI apakah masih ada gunanya?

Bek Legendaris Juventus; Virgino Rosetta

Virginio “Viri” Rosetta lahir pada 25 Februari 1902 di Vercelli, Italia. Awalnya Virginio Rosetta adalah seorang striker, namun belakangan posisinya berubah menjadi pemain belakang. Di posisi inilah Virginio Rosetta mendapatkan posisi dan peran terbaiknya. Pemain yang memiliki tinggi 172 cm dan berat 70 kg ini memulai kariernya bersama tim Pro Vercelli. Mulai bergabung dengan tim junior Pro Vercelli pada tahun 1918, Virginio Rosetta mulai bermain di tim senior Pro Vercelli pada tahun 1919. Pada saat itu Pro Vercelli adalah salah satu kekuatan sepakbola Italia. Hingga tahun 1919, klub yang didirikan sejak tahun 1892 itu telah meraih gelar juara Liga Italia sebanyak lima kali. Dengan Pro Vercelli permainan Virginio Rosetta semakin terasah dan membuatnya menjadi salah satu bek muda berbakat yang dimiliki oleh Italia. Hal tersebut membuatnya dipanggil untuk memperkuat tim nasional Italia pada Olimpiade 1920 di Antwerp, Belgia. Pada Olimpiade 1920 tersebut Italia harus gugur pada babak Perempatfinal setelah kalah 1-3 dari Perancis. Debut Virginio Rosetta sendiri bersama tim nasional Italia terjadi pada 31 Agustus 1920 saat Italia mengalahkan Norwegia dengan skor 2-1 dibabak Consolation Olimpiade 1920.

rosetta

Setelah Olimpiade 1920, Virginio Rosetta kembali berkonsentrasi bersama Pro Vercelli dalam mengarungi musim kompetisi Liga Italia1920 – 1921. Pada musim ini Virginio Rosetta berhasil membantu Pro Vercelli merengkuh gelar juara di akhir musim. Kehebatan Virginio Rosetta berlanjut pada musim berikutnya, permainannya yang semakin berkembang membuatnya menjadi salah satu bek tangguh di Italia bahkan dunia. Musim 1921 – 1922 Virginio Rosetta sukses mengantar kembali Pro Vercelli meraih gelar juara liga pada akhir musim kompetisi. Gelar juara tersebut menjadi gelar juara ketujuh Pro Vercelli sekaligus gelar juara terakhir yang diraih Pro Vercelli di Liga Italia hingga sekarang.

Permainan menawan yang diperlihatkan Virginio Rosetta membuat Juventus yang baru saja dimiliki oleh pemilik FIAT, Edoardo Agnelli berminat menariknya ke Juventus. Akhirnya pada tahun 1923, Virginio Rosetta resmi bermain untuk Juventus. Pada saat bermain bersama Juventus inilah Virginio Rosetta mendapatkan bayaran sebagai pemain sepakbola professional untuk pertama kalinya. Saat itu Juventus mengeluarkan 50.000 lira untuk kontrak dan 6000 lira untuk bulanan Virginio Rosetta. Debut Virginio Rosetta bersama Juventus adalah saat melawan Modena di giornata kedelapan kualifikasi Liga Utara. Saat itu Virginio Rosetta dimainkan sebagai gelandang serang oleh pelatih Jeno Karoly. Debut Virginio Rosetta berakhir memuaskan, Juventus berhasil menaklukan Modena dengan skor 1-0 melalui gol tunggal dari Piero Pastore.

Kedatangan Virginio Rosetta dalam tubuh Juventus membuat tim asal kota Turin itu bertambah kuat. Namun, kiprah Virginio Rosetta bersama Juventus belakangan menjadi skandal yang mengejutkan dalam sejarah sepakbola Italia. Juventus yang perkasa sepanjang musim di wilayah utara harus terkena hukuman karena pembeliannya terhadap Virginio Rosetta. Kasus transfer Virginio Rosetta dari Pro Vercelli ke Juventus saat itu membuat gempar sepakbola Italia. Semua berawal dari surat permintaan bayaran bermain yang diberikan Virginio Rosetta kepada presiden Pro Vercelli, Luigi Bozino. Mendapatkan surat itu Luigi Bozino yang saat itu juga menjadi presiden FIGC marah besar. Luigi Bozino membalas surat Virginio Rosetta dengan menyatakan bahwa dirinya harus mau bermain dengan gratis atau tanpa dibayar karena sepakbola hanyalah sebuah permainan.

Mendapatkan balasan tersebut hati Virginio Rosetta menjadi gundah gulana dan pada saat yang tepat tawaran bermain bersama Juventus datang. Saat itu Juventus berani menggaji Virginio Rosetta dan seperti diketahui bek tangguh tersebut menerima tawaran Juventus dan mendapatkan uang bulanan dari Juventus sebesar 6000 lira dengan kontrak 50.000 lira. Namun, transfer tersebut berbuah skandal dan untuk pertama kalinya jumlah uang yang dibayarkan untuk pesepakbola menyebabkan skandal dalam dirinya sendiri. Virginio Rosetta saat itu dianggap tidak bermoral karena menerima begitu banyak uang karena pada dasarnya sepakbloa hanyalah sebuah permainan.

Buntut dari skandal tersebut, Juventus harus menerima hukuman setelah Genoa membawa kasus itu ke pengadilan. Hukuman yang diterima Juventus adalah kekalahan 0-2 di tiga laga saat menghadapi Modena, Genoa dan Padova[1]. Dengan tiga kekalahan tersebut berarti poin Juventus dikurangi enam poin[2] dan membuat Juventus turun peringkat. Kasus transfer kontroversial yang nantinya akan menjadi pemantik pemain sepakbola untuk digaji itu akhirnya berakhir pada musim berikutnya. Pada musim berikutnya pelatih Juventus saat itu Jeno Karoly kembali menempatkan Virginio Rosetta ke posisi bek. Menjadi palang pintu pertahanan Juventus bersama Antonio Bruna dan kiper Giampiero Combi, Virginio Rosetta membuat pertahanan Juventus sangat sulit ditembus lawan. Walaupun saat itu Virginio Rosetta belum mampu membawa Juventus meraih gelar Liga, tetapi aksi heroiknya di lini pertahanan Juventus membuatnya menjadi salah satu bek yang sangat tangguh pada waktu itu.

Pada musim ketiganya bersama Juventus atau musim 1925 – 1926, Virginio Rosetta baru berhasil mengantarkan Si Nyonya Tua meraih gelar juara Liga Italia. Gelar juara Liga yang kedua sepanjang sejarah Juventus dan gelar juara Liga yang ketiga untuk Virginio Rosetta. Permainan memukau Virginio Rosetta membuatnya ikut serta memperkuat tim nasional Italia pada Olimpiade 1928 di Amsterdam, Belanda. Saat itu Virginio Rosetta berhasil membawa Italia meraih perunggu dan menjadi trofi pertama untuk Italia. Pada perhelatan Olimpiade 1928 juga menjadi penampilan pertama trio Combi-Rosetta-Caligaris yang nantinya menjadi trio pertahanan terkuat di Italia bahkan dunia.

Setelah memperkuat Italia di Olimpiade 1928, Virginio Rosetta mendapatkan kabar gembira setelah Juventus berhasil mendatangkan duetnya di tim nasional Italia. Umberto Caligaris resmi diboyong Juventus dari Casale dan saat itu trio pertahanan Combi-Rosetta-Caligaris membuat Juventus menjadi tim yang sangat kuat pertahanannya. Puncak karier Virginio Rosetta bersama Juventus adalah saat membantu klub asal Turin tersebut menjadi raja Italia dengan raihan Scudetto lima kali berturut – turut (lima tahun emas/quinquennio d’oro). Sedangkan puncak karier Virginio Rosetta di tim nasional Italia tentunya saat membantu negaranya menjuarai Piala Dunia 1934.

Selama 13 musim bersama Juventus, total Virginio Rosetta telah mengemas 366 kali pertandingan dan mencetak 19 gol. Sedangkan di level tim nasional, Virginio Rosetta telah bermain sebanyak 52 kali. Virginio Rosetta adalah satu dari tiga pemain yang meraih gelar juara Liga Italia terbanyak. Dia bersama Giovani Ferrari dan Giuseppe Furino meraih gelar juara Liga sebanyak delapan kali. Virginio Rosetta meraih dua gelar saat bersama Pro Vercelli dan enam gelar saat bersama Juventus. Virginio Rosetta adalah kapten Juventus pada 1929 – 1935, dirinya menggantikan Carlo Bigatto yang menjadi kapten Juventus sebelumnya.

Pada musim kompetisi 1935 – 1936, Virginio Rosetta dipercayai menjadi pelatih Juventus. Selain menjadi pelatih, saat itu Virginio Rosetta juga masih aktif sebagai pemain. Dua peran yang disandangnya saat itu membuat Virginio Rosetta menjadi bagian yang sangat penting untuk Juventus. Sayangnya pada musim pertamanya menjadi pelatih, Virginio Rosetta gagal mempersembahkan gelar kepada Juventus. Pada akhir musim 1935 – 1936 Virginio Rosetta memutuskan pensiun sebagai pemain dan berkonsentrasi penuh sebagai pelatih Juventus. Saat menjadi pelatih Juventus, Virginio Rosetta membawa klub kesayangannya itu meraih gelar juara Coppa Italia pada musim 1937 – 1938[3]. Gelar juara Coppa Italia saat itu menjadi gelar juara Coppa Italia yang pertama untuk Juventus. Akhir musim 1938 – 1939 posisinya sebagai pelatih Juventus digantikan oleh rekan seperjuangannya di Juventus dan tim nasional Italia, Umberto Caligaris. Selain Juventus, Virginio Rosetta juga melatih Lucchese (1939 – 1940) dan Palermo (1947 – 1948). Saat melatih Palermo, Virginio Rosetta sukses membawa klub tersebut meraih gelar juara Serie B. Pada musim 1942 – 1943 Virginio Rosetta kembali dipanggil oleh Juventus dan melatih klub berjuluk Si Nyonya Tua lagi selama semusim. Virginio Rosetta meninggal pada 13 Maret 1975 di Turin. Virginio Rosetta adalah sosok pemain yang tangguh dan menjadi idola penggila sepakbola pada dekade 1920an hingga 1930an. Dia adalah salah satu dari legenda sepakbola di Juventus, Italia dan juga Dunia.

[1] Pada pertandingan yang sebenarnya Juventus meraih kemenangan dengan tiga tim tersebut.

[2] Saat itu poin menang bernilai tiga poin.

[3] Pada laga final Juventus berhasil mengalahkan rival sekota mereka Torino.

Selamat Maulid Nabi Isa (Part II)

Dalam tulisan sebelumnya diceritakan bagaimana polemik tanggal 25 Desember menjadi ketetapan hari lahirnya Nabi Isa atau Yesus Kristus. Secara umum di Indonesia atau mungkin di Negara lainnya, orang – orang lebih suka berdebat dengan topik apakah benar Nabi Isa dilahirkan pada 25 Desember? Padahal kalau kita perhatikan khususnya umat muslim melihatnya, sosok Nabi Isa adalah sosok Nabi Allah yang memang harus umat muslim peringati minimal setiap tahunnya. Terlepas dari tanggal 25 Desember itu adalah musim dingin dan bukan musim semi (Al Quran dan Injil menggambarkan kelahiran Nabi Isa pada musim semi), sosok Nabi Isa wajib diperingati bersama sebagai pengingat sosok beliau dan bagi umat Islam tentunya penantian turunnya Nabi Isa kembali ke muka bumi untuk memberikan berita yang benar adanya.

Jika sebagian umat Islam masih berpendapat tentang haramnya mengucapkan Selamat Natal karena lahirnya Nabi Isa bukan di tanggal 25 Desember, maka mengapa tidak umat muslim memperingati Maulid Nabi Isa di setiap tahunnya. Jika tidak berkenan memperingati kelahiran Nabi Isa di tanggal 25 Desember maka boleh kapan saja selain tanggal tersebut. Disisi lain banyak juga kalangan umat Islam yang sangat bertentangan perayaan Maulid apa saja dengan menyebutnya sebagai Bid’ah (Tidak ada perbuatan yang dicontohkan oleh Rasullulah Muhammad SAW). Namun, hemat saya selama kegiatan tersebut untuk mengingat dan mengambil teladan dari utusan – utusan Allah tersebut tentunya menjadi hal yang positif selama kegiatan tersebut juga tidak dilakukan besar – besaran/ mewah – mewahan.

MENGAPA NABI ISA HARUS DIPERINGATI OLEH UMAT ISLAM?

Nabi Isa adalah sosok yang wajib diketahui kisah hidupnya oleh seluruh umat manusia dari berbagai macam keyakinan yang dianutnya. Di Islam Nabi Isa adalah nabi yang wajib diketahui dan di Nasrani Isa adalah perpaduan Trinitas Ketuhanan itu sendiri. Kisah kehidupan Nabi Isa di dunia yang kurang lebih hanya 33 tahun itu memiliki kisah – kisah yang patut diteladani oleh seluruh umat manusia. Sebelum Nabi Isa lahir di dunia, Nabi Isa dan ibunya Siti Maryam harus menanggung fitnah orang – orang yang menyebutnya sebagai anak haram atau anak hasil dari perzinahan. Fitnah yang dituduhkan kepada ibunda Nabi Isa itu bukan tanpa sebab karena memang bagi yang tidak memiliki keimanan yang kuat tidak akan bias percaya kalau Siti Maryam dapat mengandung Nabi Isa tanpa ada pertalian pernikahan sebelumnya. Atas Rahmat Allah, Nabi Isa diberikan mukjizat dapat berbicara dan diberikan keahlian berbahasa untuk menjelaskan dirinya adalah utusan Allah SWT. Namun, meski demikian masih banyak orang – orang yang tetap mencibir Ibunda Nabi Isa sebagai Pezinah dan Nabi Isa adalah anak haram.

Ibunda Nabi Isa yaitu Siti Maryam adalah anak dari Imran seperti diceritakan dalam Al Quran Surat Ali Imran. Kemudian Imran yang meninggal membuat Siti Maryam diangkat oleh Nabi Zakaria yang merawatnya dan mengajarkannya menjadi hamba Allah yang taat dengan menjaga Baitul Maqdis. Siti Maryam yang memiliki latar belakang keluarga yang taat dan saleh mendapatkan Rezeki dari Allah SWT berupa anak yang akan memberikan pelajaran hidup kepada seluruh manusia.  Rezeki dari Allah SWT dengan meniup ruh Nabi Isa ke dalam kandungan Siti Maryam membuat Nabi Isa adalah anak lelaki yang tidak memiliki Ayah atau Yatim. Ujian kesabaran Siti Maryam dalam menghadapi ejekan orang – orang dan ketabahannya tetap terus berjuang dijalan Allah adalah bukti kesalehan ibunda dari Nabi Isa.

Beranjak dewasa Nabi Isa yang dibesarkan oleh Siti Maryam seorang, mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk mengajak Bani Israil dan Kerajaan Romawi saat itu untuk taat kepada Allah SWT. Perjuangan Nabi Isa untuk membawa Bani Israil dan Kerajaan Romawi ke jalan yang di Ridhoi oleh Allah SWT mendapat banyak rintangan. Kesukaan Romawi mempraktekan riba saat itu ditentang dengan terang – terangan oleh Nabi Isa dengan menghancurkan tempat – tempat riba. Sifat lemah lembut dan kasih sayang Nabi Isa dalam memberikan arahan kepada umatnya membuat masyarakat saat itu sangat menyukai Nabi Isa.

Namun, keberadaan Nabi Isa dianggap ancaman oleh Kerajaan Romawi dan rabi – rabi Yahudi yang munafik. Seperti yang kita ketahui bersama Nabi Isa ditangkap dan disiksa oleh penguasa saat itu dan tanpa ada orang lain yang membantunya bahkan muridnya sendiri pun ada yang berkhianat dengannya. Dalam versi Islam disaat Nabi Isa di tangkap oleh Tentara Romawi seketika Allah SWT pun menaikkannya ke langit dan memberikan wajah Nabi Isa yang sangat mirip dengan muridnya yang berkhianat. Dalam ajaran Islam, Nabi Isa akan kembali lagi ke dunia ini untuk menjelaskan semua hal dengan sebenar – benarnya. Dalam keyakinan Nasrani, Isa Al Masih akhirnya di salib dan menjadi representative ketuhanan dalam Trinitas setelah kematiannya. Perbedaan versi tersebut kembali lagi pada keyakinan masing – masing, tetapi kisah Nabi Isa dan perlunya kita peringati kisah – kisahnya adalah suatu hal yang wajib dilakukan. Perjuangan membela kebenaran dan melawan penguasa yang zalim adalah cerita heroik yang patut kita ceritakan terus menerus dalam konsep kesatuan antar umat beragama.

Khusus untuk umat Islam, pentingnya memperingati Maulid Nabi Isa selain mengetahui kisahnya adalah untuk mendekatkan diri kita kepada sosok yang akan turun kembali ke dunia ini sebagai sang juru penyelamat bersama Al Mahdi. “Dan keselamatan semoga dilimpahkan kepadaku (Isa ‘alaihissalam), pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali” (QS. Maryam: 33).

SELAMAT MAULID NABI ISA AS (Part I)

Tidak terasa sebentar lagi tahun 2018 akan berkahir dan di akhir tahun ini ada dua perayaan bersama yang biasa dirayakan oleh sebagain besar manusia, yaitu perayaan Natal yang dirayakan umat Kristiani pada umumnya dan perayaan pergantian Tahun. Perayaan Natal yang identik dengan kelahiran Yesus Kristus dan dirayakan oleh umat Kristiani adalah pemandangan yang lazim ditemui pada akhir Desember nanti. Pohon Cemara, Sinterklas dan dan lagu natal serta dominasi warna merah dan putih adalah gambaran setiap waktu menjelang Hari Raya Natal tersebut.

Namun, ditengah – tengah perayaan tersebut selalu ada kontroversi tahunan bagi umat muslim tentang hukum boleh atau tidaknya mengucapkan Selamat Natal kepada umat Kristiani yang sedang merayakannya. Perdebatan antara tanggal 25 Desember bukan hari kelahiran Nabi Isa AS dan fatwa haram dari beberapa ulama yang menyatakan tidak boleh mengucapkan Selamat Natal adalah kontroversi – kontroversi yang akan selalu menjadi topik di penghujung Tahun. Bagi umat muslim yang cenderung menganggap diri mereka Toleran atau moderat mengucapkan Selamat Natal di tanggal 25 Desember adalah suatu bentuk rasa simpati dan Toleransi kepada pemeluk Nasrani. Sedangkan bagi yang disebut kelompok konservatif atau Fundamental oleh orang – orang yang menganggap dirinya adalah Moderat dan Toleran mengucapkan Selamat Natal adalah suatu yang haram dan bias menyebabkan kekafiran. Dua padangan daru umat Islam tersebut akan selalu muncul disaat menjelang Hari Raya Natal dan akan hilang dengan sendirinya setelah terompet Tahun Baru berbunyi, atau terkadang masih berlanjut tetapi perdebatan agak bergeser dengan boleh tidaknya merayakan Tahun Baru.

Kapan Kelahiran Nabi Isa AS Putera Maryam?

Atas dasar itulah penulis menjadi tergelitik untuk melihat dari berbagai sudut pandang perihal kelahiran Nabi Isa AS atau Yesus Kristus. Mengenai apakah tanggal 25 Desember adalah tanggal yang tepat sebagai kelahiran Nabi Isa AS memang perlu dibahas tetapi tidak perlu diperdebatkan berlarut – larut karena ternyata jauh sebelumnya sudah sangat banyak yang memperdebatkan tanggal tersebut, termasuk umat Nasrani sendiri. Selain itu baik injil maupun  Al Quran hanya menceritakan kisah kelahiran Nabi Isa AS atau Yesus Kristus dan hanya memberikan gambaran – gambaran yang masih menjadi bahan perdebatan. Saat Nabi Isa AS hadir di dunia ini waktu itu berlaku kalender Julian yang memulai perhitungan tahun dari 708 AUC (ab urbi condita/setelah kota Roma didirikan, yang ditetapkan Julius Caesar sebagai tahun 1 Julian (tahun 46 SM menurut hitungan kita sekarang). Dalam Kitab Injil Lukas 3:1 mengatakan bahwa Yesus memulai tugas kerasulan pada tahun ke-15 pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus diangkat menjadi gubernur Judea.

Tiberius bertahta dari tahun 60 Julian hingga 83 Julian atau (14-37 Masehi), sehingga kejadian yang diceritakan Lukas itu berlangsung tahun 75 Julian (29 Masehi). Informasi Lukas ini dijadikan dasar oleh Dionisius Exiguus, pejabat tinggi kepausan di Roma pada abad ke-6, untuk menetapkan perhitungan tahun Anno Domini (AD atau Masehi). Oleh karena menurut Lukas 3:23 usia Jesus saat itu “kira-kira 30 tahun”, maka Dionisius memperkirakan Jesus lahir tahun 47 Julian, yang ditetapkannya sebagai Tahun 1 Anno Domini, dan tahun ketika menetapkan itu, yaitu 572 Julian, diganti angkanya menjadi 526 AD. Sejak tahun 526 berlakulah hitungan tahun Anno Domini (Masehi) sampai sekarang.

Tetapi benarkah Nabi Isa Al-Masih a.s. lahir pada tahun 1 Masehi (47 Julian)? Tahun itu hanyalah perkiraan Dionisius. Kenyataannya, baik Injil Lukas (1:5) maupun Injil Matius (2:1) mencatat kelahiran Yesus pada masa Raja Herodes, yang berarti antara tahun 37 SM dan 4 SM (10 sampai 43 Julian). Lukas 2:1-2 juga mengatakan bahwa Jesus lahir ketika gubernur Suriah Quirinius, atas perintah Kaisar Augustus, mengadakan sensus penduduk di Palestina. Sensus ini tentu berlangsung sesudah pengangkatan Quirinius tahun 6 SM (41 Julian). Maka sangat mungkin bahwa Nabi Isa Al-Masih a.s. lahir sekitar tahun 5 SM (42 Julian).

Meskipun tanggal dan bulan kelahiran Nabi Isa AS. tidak dapat dipastikan, kita dapat menelusuri musim (season) ketika beliau lahir. Injil Lukas 2:8 mencatat suasana malam kelahiran Isa Al-Masih: Et pastores erant in regione eadem vigilantes et custodientes vigilias noctis super gregem suum (“Dan para gembala di padang rumput pada daerah itu sedang menjaga dan mengawasi pada waktu malam kawanan ternak mereka. Kitab Suci Al-Qur’an pun menceritakan kelahiran Nabi Isa AS. dalam Surat Maryam, tetapi tidak dijelaskan kapan dirinya lahir. Namun ada ayat yang memberikan indikasi bahwa Nabi Allah yang mulia itu lahir pada musim semi. Ketika Siti Maryam melahirkan putranya yang suci itu, malaikat Jibril berkata kepadanya, sebagaimana tercantum dalam Surat Maryam ayat 25: “Dan goyanglah ke arahmu pohon kurma itu, ia akan menjatuhkan kepadamu buah masak dan segar”. Jadi kelahiran Nabi Isa Al-Masih a.s. terjadi pada saat buah kurma cukup ranum, sehingga akan berjatuhan jika pohonnya digoyang. Sampai sekarang di daerah Timur Tengah panen kurma berlangsung pada musim semi.

                Adanya sumber informasi bahwa Nabi Isa AS lahir pada musim semi inilah yang membuat tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus/Nabi Isa AS menjadi banyak pertanyaan yang menimbulkan perdebatan karena 25 Desember adalah musim dingin dan tidak sesuai apa yang digambarkan oleh Injil dan Al Quran yang menggambarkan Yesus Kristus/ Nabi Isa AS lahir di musim semi. Perdebatan semakin panjang disaat sejarah mengatakan kelahiran Nabi Isa AS yang jatuh tanggal 25 Desember ditetapkan oleh Gereja Romawi yang sarat kepentingan karena pada tanggal 25 Desember adalah tanggal yang dinilai paling efektif untuk memikat hati orang Romawi yang mulai tertarik kepada ajaran Nasrani setelah Kaisar Konstantinus (bertahta 306-337) memeluk agama tersebut. Tanggal 25 Desember adalah saat Natalis Solis Invicti (“Kelahiran Matahari Yang Tak Terkalahkan”), yang dirayakan oleh orang – orang Romawi dalam bentuk Festival Saturnalia, untuk menghormati kelahiran Mithra, dewa matahari mereka. Orang Romawi memang banyak yang masuk Nasrani dan tanggal 25 Desember dilestarikan dalam bentuk perayaan Natal. (Bersambung)